Kamis, 28 Juli 2016

MANAJEMEN EGO

Beberapa hari ini, aku sedang dihadapkan dengan berbagai masalah.
Masalahnya bukan langsung menjadi masalahku, namun masalah dari beberapa orang sahabatku dan  juga tim dalam organisasi yang sedang aku dan teman-teman jalani.

Bagiku, masalah mereka adalah masalahku.
Bagaikan satu tubuh, jika jari-jemari yang sakit teriris pisau. Maka kepala ikut sakit, badan ikut nyeri dan mulut ikut teriak.

Akupun punya kewajiban untuk memikirkan beberapa solusi tambahan, untuk mereka jalani.
Itu adalah bentuk kontribusi nyataku, bahwa sangatlah benar aku menyayangi mereka.

Mulai dari putus cinta, masalah keluarga, karir, studi dan banyak lagi. Tepat seminggu ini, setiap harinya aku berganti-ganti berinteraksi dengan mereka. Ada yang langsung ketemu, via telpon, WA, juga ada yang tatap-tatapan sambil nyiapin tisue sebelum cerita.

Ya, bagaikan satu tubuh.
Ketika masalah itu hadir, aku pun menghadirkan diriku dan juga hatiku untuk meresapi untaian cerita yang mereka sumbangkan kepadaku.
dan saatnya untuk me-manage ego.

Manajemen Ego adalah level berikutnya dalam kehidupanku yang harus aku kuasai.
Saat mengetahui beberapa masalah sahabat-sahabat terdekat, berbagai emosi, tingkah laku, mood dan kawan-kawannya kian hadir. Kalau aku masih mengutamakan Egoku, untuk apa aku lakukan semua ini. Tapi inilah seni berikutnya dalam menyambung hubungan kekerabatan yang InsyaAllah penuh ridho dari Allah.

Aku dengan konsep hidup Manejemen Ego itu berusaha semaksimal mungkin melihat masalah dari segala sisi. Semuanya!
Berarti tahap pertama Manajemen Ego adalah, masuk dan resap masalahnya
Gak jarang saat dilontarkan masalah demi masalah dari para sahabat kepadaku, disitu aku harus berpikir keras bagaimana solusiku bisa bermanfaat.
Gak jarang pula, aku menjadikan diriku menjadi sang pemilik masalah.
Itu tersulit.
Karena ketika aku hadir dengan merasakan sebagai pemilik masalah, aku benar-benar buta akan masukan atau saran-saran yangs sebenarnya menjadi saran pembangun.
Aku ikut terlarut dalam masalah yang sebenarnya bukan masalahku. Bagi orang yang sedang memiliki masalah, awut-awutan di otak dan hatinya, juga kayanya hidup hambar, rasanya pengen mati aja. Itu tetiba hadir tanpa pembatas nyata.
Masukan orang lain adalah hinaan, masukan orang lain adalah racun, masukan orang lain akan jadi nihil jika dilakuin. Pokonya kalo lagi ada masalah, kita serasa menjadi orang yang pealing susah se dunia. Yang lain gak ada yang paham. Cuma kita yang sedih, cuma kita yang bisa rasain, semuanya gak akan ngerti perasaan dan kondisi yang kita hadapin. Ah pokonya yang ngasih solusi adalah orang tersotoy sedunia.
hahahaha. begitu bukan?

Semoga bukan.


Ketika sudah terlarut dalam masalah, tahap selanjutnya adalah kembali ke titik jernih. Ini sulit! Asli.

Karena apa, karena kita harus segera ada diposisi pemikiran dan perasaan yang objektif. Setelah pertama tadi kita sudah tau masalahnya, ditahap selanjutnya kita harus memaksakan diri ini untuk keluar dari masalah itu. Sakit, perih, semua rasa ada. Tapi kita harus memaksakan untuk kembali ke titik jernih.
Kalo tadi kita anggap masukan orang itu adalah suatu ke-sotoy-an. Ditahap ini, kita harus lebih waras satu tingkat, bahwa orang lain itu memberi masukan dari  helikopter dengan ketinggian berbeda, jadi sebenernya mereka melihat dari sudut padang yang lebih luas untuk kebaikan kita.
Kita harus akui, kesalahan kita ini. Harus mengakui ada sebab ada akibat. Kalaupun masalah ini benar sebagai ujian, pasti pilihannya mau dilalui atau stuck diposisi itu aja.
Kita maunya naik kelas dong. Masa masih SD aja, kapan SMP nya.
Disini, kita harus objektif dalam mem-breakdown kesalahan atau penyebab masalah ini sampai kejadian. Ciptakan kondisi jernih itu.

Tahap terakhir. Level memaafkan.
If you are involved in something that goes wrong, NEVER BLAME OTHERS. Blame no one, just your self. Remember this!.

Jangan pernah menyalahkan orang lain. Masalah hadir selain memang ada penyebabnya, mereka juga hadir karena memang sudah saatnya mereka hadir. 
Banyak alasan kenapa masalah itu hadir. Bisa jadi karena kelalaian, bisa jadi juga karena sudah harus naik kelas. 
So, apapun masalahnya, sudah sepantasnya kita hadapi itu tanpa harus menyalah-nyalahkan orang lain.

Sering sekali aku mengibaratkan orang yang punya masalah itu sesungguhnya insan mulia yang dirindukan Allah. Allah gak mau jauh-jauh, jadi dikasih masalah. 

Orang-orang hebat diluar sana (Insyaallah kita juga) punya porsi masalah lebih berat dibanding orang-orang pada umumnya. Kenapa gitu, karena biar hebatnya bener-bener keluar. Insyaallah setelah fase beratnya dilalui, di sahkan deh sama Allah kalo beneran kita emang orang hebat yang diRidhoiNya.

Untuk jadi hebat, sangat penting untuk bisa me-manage ego. Karena solusi tiap masalah itu sebenernya bukan diluar, tapi disini didalam hati kita. Sejauh mana kita bisa manage ego kita, sejauh itu pula solusi demi solusi bermunculan.

Sekian, cuap-cuap basah di sore hari ini.
Semoga bermanfaat :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar