Bismillahirrohmanirrohim,
Jika sebelumnya review buku
Saatnya Ibu Menjadi Ibu (SIMI) yang Saya tulis. Maka izinkan saya kali ini juga
mereview buku Saatnya Ayah Mengasuh.
Namun, Saya terlebih dulu mau
mengucapkan banyak terima kasih kepada pasangan suami isteri fenomenal yaitu the
Febrianti Almeera dan Kang Ulum A. Saif yang sudah meluangkan waktu untuk
banyak sekali mempelajari ilmu-ilmu parenting, ilmu sebenar-benarnya menjadi
orang tua, bukan sekedar memiliki anak, tapi bagaimana caranya menjadi orang
tua yang amanah dan bisa bertanggung jawab atas makhluk mungil yang dititipkan
kepada seorang Ayah dan Ibu dalam suatu rumah tangga.
Saya pun menghaturkan
maaf, karena telat mengirimkan review ini. Karena bukunya sering dibawa keluar
sama suami. Satu-satunya buku, yang sering dimasukkan ke dalam tas nya,
kalau-kalau di jalan atau di tempat ngajar ada waktu luang, pastilah Ia
menyempatkan untuk membaca buku ini. Suami baru meningkatkan kebiasaan membaca buku setelah menikah. Tambah semangat setelah memiliki anak. Beberapa buku pernah dia baca, namun yang menyentuh hatinya adalah 'Saatnya Ayah Mengasuh'.
Satu-satunya buku, yang
membuatnya bersemangat membagikan cerita dan ilmu sepulang Ia mengajar, dari
buku ini perlahan-lahan Ia tau perannya sebagai seorang ayah dan suami. Dari
buku ini, menambah-nambah semangatnya Ia untuk ikut seminar, evaluasi harian di
rumah, main sama anak, berucap sayang pada isteri dan anak setiap hari.
Anak kami perempuan. Namanya
Sarah Rania Lazuardi Ahmad, mengenai pujian. Kang ulum menuliskan di halaman
32, bahwa semua anak butuh pujian, termasuk anak perempuan. Jika Ia tidak
mendapat pujian maka Ia akan tumbuh menjadi anak yang labil dan mencari pujian
dan penghargaan dari laki-laki lain. Nampaknya suamiku tidak ingin itu terjadi
pada anak kami. Mangkanya Ia jadi lebih membiasakan diri untuk memuji putrinya.
Masya Allah, betapa mengalirnya
ini jika menjadi pahala, maka Saya berdoa agara pahalanya pun mengalir deras
kepada sang penulis.
Review kali ini, saya banyak
melihat dari sisi perubahan suami dalam aktivitas sehari-harinya. Ia pun
mengakui bahwa belum sepenuhnya membaca sampai habis, tapi ibroh dari buku ini
betul-betul Ia rasakan.
Akhirnya saya izin untuk ikut
membacanya.
Judul pertama dalam Bab yang
ditulis adalah tentang Fatherless Country. Anak menjadi Yatim sebelum waktunya.
Anak menjadi Yatim saat Ayah dan Ibunya masih ada. Akhirnya mereka mencari
sosok ‘sumber kasih’ sayang selain orang tuanya. Celakanya, yang mereka datangi
pun orang yang salah. Akhirnya bersamalah mereka melakukan hal-hal yang
melenceng dari Fitrah. Nauzubillah.
Bagaimana akhirnya, berbagai
kasus terjadi ditengah generasi kita pada saat ini.
Yang ditandai betul adalah pada
halaman 78 buku ini. Yang juga ditulis oleh The Febrianti Almeera di buku SIMI
nya.
Bahwa Fakta-Fakta menyedihkan ini
terjadi ditengah-tengah keluarga Indonesia.
-
4 dari 10 pelajar dan mahasiswa Indonesia telah
mengonsumsi narkoba
-
95 dari 100 anak kelas 4,5,6 SD telah mengakses
pornografi
-
93 dari 100 remaja pernah berciuman bibir
-
600.000 kasus anak Indonesia hamil diluar nikah
usia 10-11 tahun
-
2,2 juta kasus remaja Indonesia 15-19 tahun
hamil diluar nikah
-
5 dari 100 remaja tertular penyakit menular
seksual
-
3061 remaja terinfeksi HIV setiap 3 bulan
-
Kasus Incest (Hubungan Sedarah) terjadi di 25
Provinsi
-
Indonesia adalah Negara dengan tingkat
perceraian No. 1 se Asia Pasifik dan Negara-negara muslim dunia
Fakta-fakta di atas diambil
langsung dari sumber BNN dan PUSLITKES UI, KPAI, Kemenkes YKBH
Sebagai orang tua muda dan baru,
saya dan suami begitu ketar-ketir melihat fakta-fakta di atas. Masalah
betul-betul didepan mata. Kami kebingungan, karena juga kami sudah kekurangan
role model. Ayah-Ibu saya sudah meninggal dan Suami hanya tinggal memiliki Ibu.
Jadi kami pun harus mengingat-ngingat betul bagaimana kami dididik dulu.
Saya betul-betul bersyukur atas
nikmat Allah, karena buku fenomenal SAM dan SIMI ini seperti manual booknya
berumah tangga dan menjadi orang tua. Entah mengapa yang membuat saya lega,
saya juga sudah membaca Enlightening Parenting dan dalam proses membaca Fitrah Based
Education (Karena bukunya tebal, jadi belum juga selesai) dan di buku ini
seperti merecall dan membuat benang merah antara ilmu-ilmu di dalam buku tadi.
Dibuku Saatnya Ayah Mengasuh,
bukan hanya memaparkan masalah yang ada, namun juga memberikan solusi.
Bagi saya di Bab : Misi Keluarga
adalah pencerahan dalam diri saya dan suami, kami sudah memiliki Visi Keluarga,
yaitu IQRA Family (Intensive Qur’an Relating To Allah) Ilmu ini kami ambil dari
buku Bunda Sayang-Bunda Cekatan Ibu Septi Peni, berjumpa kembali dalam buku
Fitrah Based Education dan Saatnya Ayah Mengasuh. Kami seperti ada di circle
keluarga Teh Febrianti Almeera dan Kang Ulum. Ada kelegaan dalam diri kami,
seperti ‘punya teman’. Karena dilingkungan keluarga, tidak terbiasa memiliki
misi keluarga. Jadi kami terlihat ‘aneh’. Namun buku ini menambah semangat kami
untuk menjadikan keluarga kami ‘aneh’ dalam kebaikan.
Gaya bahasa Kang Ulum dalam
penulisan buku ini, tergambar sebagai pemimpin keluarga yang sangat tegas.
Pasutri ini, layaknya sebenar-benarnya guru, karena bukan hanya bisa
menyampaikan namun dalam keseharian apa yang mereka tulis juga sudah mereka
lakukan.
Dalam buku ini ada bab-bab yang
isinya penuh dengan makna,
Bab 1 : Mengapa ini penting untuk
para ayah
Bab 2 : Apa yang semestinya para
ayah lakukan
Bab 3 : Belajar jadi Ayah
Bab 4 : Kisah nyata lika-liku
para ayah mengasuh anak
Sampai kepada komunitas yang
mereka buat : Gerakan Ayah Mengasuh
Masya Allah, masih banyak yang
ingin saya tulis. Tapi saya sarankan langsung beli aja bukunya. Karena bisa
jadi review ini sangat jauh dari isi yang sebenar-benarnya. Isi bukunya lebih
daging. Selamat Mengsuh untuk para ayah. Selamat mendapatkan sisi teristimewa
dari Allah SWT, karena sudah amanah mencetak putra putri pembangun peradaban
luar biasa.