Jumat, 15 Maret 2019

Review Buku Saatnya Ayah Mengasuh


Bismillahirrohmanirrohim,

Jika sebelumnya review buku Saatnya Ibu Menjadi Ibu (SIMI) yang Saya tulis. Maka izinkan saya kali ini juga mereview buku Saatnya Ayah Mengasuh.

Namun, Saya terlebih dulu mau mengucapkan banyak terima kasih kepada pasangan suami isteri fenomenal yaitu the Febrianti Almeera dan Kang Ulum A. Saif yang sudah meluangkan waktu untuk banyak sekali mempelajari ilmu-ilmu parenting, ilmu sebenar-benarnya menjadi orang tua, bukan sekedar memiliki anak, tapi bagaimana caranya menjadi orang tua yang amanah dan bisa bertanggung jawab atas makhluk mungil yang dititipkan kepada seorang Ayah dan Ibu dalam suatu rumah tangga. 

Saya pun menghaturkan maaf, karena telat mengirimkan review ini. Karena bukunya sering dibawa keluar sama suami. Satu-satunya buku, yang sering dimasukkan ke dalam tas nya, kalau-kalau di jalan atau di tempat ngajar ada waktu luang, pastilah Ia menyempatkan untuk membaca buku ini. Suami baru meningkatkan kebiasaan membaca buku setelah menikah. Tambah semangat setelah memiliki anak. Beberapa buku pernah dia baca, namun yang menyentuh hatinya adalah 'Saatnya Ayah Mengasuh'.

Satu-satunya buku, yang membuatnya bersemangat membagikan cerita dan ilmu sepulang Ia mengajar, dari buku ini perlahan-lahan Ia tau perannya sebagai seorang ayah dan suami. Dari buku ini, menambah-nambah semangatnya Ia untuk ikut seminar, evaluasi harian di rumah, main sama anak, berucap sayang pada isteri dan anak setiap hari.

Anak kami perempuan. Namanya Sarah Rania Lazuardi Ahmad, mengenai pujian. Kang ulum menuliskan di halaman 32, bahwa semua anak butuh pujian, termasuk anak perempuan. Jika Ia tidak mendapat pujian maka Ia akan tumbuh menjadi anak yang labil dan mencari pujian dan penghargaan dari laki-laki lain. Nampaknya suamiku tidak ingin itu terjadi pada anak kami. Mangkanya Ia jadi lebih membiasakan diri untuk memuji putrinya.

Masya Allah, betapa mengalirnya ini jika menjadi pahala, maka Saya berdoa agara pahalanya pun mengalir deras kepada sang penulis.

Review kali ini, saya banyak melihat dari sisi perubahan suami dalam aktivitas sehari-harinya. Ia pun mengakui bahwa belum sepenuhnya membaca sampai habis, tapi ibroh dari buku ini betul-betul Ia rasakan.

Akhirnya saya izin untuk ikut membacanya.

Judul pertama dalam Bab yang ditulis adalah tentang Fatherless Country. Anak menjadi Yatim sebelum waktunya. Anak menjadi Yatim saat Ayah dan Ibunya masih ada. Akhirnya mereka mencari sosok ‘sumber kasih’ sayang selain orang tuanya. Celakanya, yang mereka datangi pun orang yang salah. Akhirnya bersamalah mereka melakukan hal-hal yang melenceng dari Fitrah. Nauzubillah.
Bagaimana akhirnya, berbagai kasus terjadi ditengah generasi kita pada saat ini.
Yang ditandai betul adalah pada halaman 78 buku ini. Yang juga ditulis oleh The Febrianti Almeera di buku SIMI nya.

Bahwa Fakta-Fakta menyedihkan ini terjadi ditengah-tengah keluarga Indonesia.
-          4 dari 10 pelajar dan mahasiswa Indonesia telah mengonsumsi narkoba
-          95 dari 100 anak kelas 4,5,6 SD telah mengakses pornografi
-          93 dari 100 remaja pernah berciuman bibir
-          600.000 kasus anak Indonesia hamil diluar nikah usia 10-11 tahun
-          2,2 juta kasus remaja Indonesia 15-19 tahun hamil diluar nikah
-          5 dari 100 remaja tertular penyakit menular seksual
-          3061 remaja terinfeksi HIV setiap 3 bulan
-          Kasus Incest (Hubungan Sedarah) terjadi di 25 Provinsi
-          Indonesia adalah Negara dengan tingkat perceraian No. 1 se Asia Pasifik dan Negara-negara muslim dunia

Fakta-fakta di atas diambil langsung dari sumber BNN dan PUSLITKES UI, KPAI, Kemenkes YKBH

Sebagai orang tua muda dan baru, saya dan suami begitu ketar-ketir melihat fakta-fakta di atas. Masalah betul-betul didepan mata. Kami kebingungan, karena juga kami sudah kekurangan role model. Ayah-Ibu saya sudah meninggal dan Suami hanya tinggal memiliki Ibu. Jadi kami pun harus mengingat-ngingat betul bagaimana kami dididik dulu.

Saya betul-betul bersyukur atas nikmat Allah, karena buku fenomenal SAM dan SIMI ini seperti manual booknya berumah tangga dan menjadi orang tua. Entah mengapa yang membuat saya lega, saya juga sudah membaca Enlightening Parenting dan dalam proses membaca Fitrah Based Education (Karena bukunya tebal, jadi belum juga selesai) dan di buku ini seperti merecall dan membuat benang merah antara ilmu-ilmu di dalam buku tadi.

Dibuku Saatnya Ayah Mengasuh, bukan hanya memaparkan masalah yang ada, namun juga memberikan solusi.

Bagi saya di Bab : Misi Keluarga adalah pencerahan dalam diri saya dan suami, kami sudah memiliki Visi Keluarga, yaitu IQRA Family (Intensive Qur’an Relating To Allah) Ilmu ini kami ambil dari buku Bunda Sayang-Bunda Cekatan Ibu Septi Peni, berjumpa kembali dalam buku Fitrah Based Education dan Saatnya Ayah Mengasuh. Kami seperti ada di circle keluarga Teh Febrianti Almeera dan Kang Ulum. Ada kelegaan dalam diri kami, seperti ‘punya teman’. Karena dilingkungan keluarga, tidak terbiasa memiliki misi keluarga. Jadi kami terlihat ‘aneh’. Namun buku ini menambah semangat kami untuk menjadikan keluarga kami ‘aneh’ dalam kebaikan.

Gaya bahasa Kang Ulum dalam penulisan buku ini, tergambar sebagai pemimpin keluarga yang sangat tegas. Pasutri ini, layaknya sebenar-benarnya guru, karena bukan hanya bisa menyampaikan namun dalam keseharian apa yang mereka tulis juga sudah mereka lakukan.
Dalam buku ini ada bab-bab yang isinya penuh dengan makna,
Bab 1 : Mengapa ini penting untuk para ayah
Bab 2 : Apa yang semestinya para ayah lakukan
Bab 3 : Belajar jadi Ayah
Bab 4 : Kisah nyata lika-liku para ayah mengasuh anak

Sampai kepada komunitas yang mereka buat : Gerakan Ayah Mengasuh

Masya Allah, masih banyak yang ingin saya tulis. Tapi saya sarankan langsung beli aja bukunya. Karena bisa jadi review ini sangat jauh dari isi yang sebenar-benarnya. Isi bukunya lebih daging. Selamat Mengsuh untuk para ayah. Selamat mendapatkan sisi teristimewa dari Allah SWT, karena sudah amanah mencetak putra putri pembangun peradaban luar biasa.

Minggu, 03 Februari 2019

Review Buku Saatnya Ibu Menjadi Ibu (SIMI)

Assalamu'alaikum,
Hai!

Ini adalah blog pertama, setelah blog terakhir yang ditulis Maret 2016 lalu.
Terakhir kali nulis, masih single. Sekarang Alhamdulillah sudah punya suami dan anak lucu bernama Rania.

Teh Febrianti Almeera, kerap disapa Teh pepew ini, udh bikin saya terpukau dari awal berjumpa, 2013 silam (kalo gak salah) di Masjid Agung Sunda Kelapa. Saya udah tandain, ni orang kayanya bakal berpengaruh positif untuk keberlangsungan banyak orang. Saya bahkan do'a khusus sama Allah, agar orang-orang seperti teh pepew di banyakin aja. Biar tambah meluas kebaikan-kebaikan lainnya.

Eh bener aja, denger kabar beliau menikah. Satu macam teh pepew aja udah keren. Siapa pula orang beruntung yang bisa nikahin teh pepew. Itu orang pasti punya kelebihan juga. Dan benar lah, suaminya itu kang ulum, dulu apa yah sebutannya, decision maker (?) apa gtu.

Singkatnya...
3 minggu lalu, nongol lah di IG saya, mereka baru ngeluarin buku.
Zuzur Saya gak punya budget. Tapi saya naksir betul sama ni buku.
Alhasil, saya modal sholawat sama sok nanya2 sama teh pepew, harganya berapa.
Pas tau harga, saya mundur. Gak jadi beli.
Tapi sangat menggoda iman.
Akhirnya saya beraniin diri untuk minta disisakan satu, (waktu itu tinggal 200 dari 3000 exemplar yang udh ludessss sekarang) sampe saya punya uang dan bisa transfer.
Eh emang betul2 baik pisan. Rejeki saya, suami dan rania.
Saya malah dihadiahin. Sepasang pula.
Bahagia betul sayah.

ini penampakannya :

Buku SIMI

Nah, inilah isi buku yang bikin saya ngangguk2 sepanjang saya baca.
Buku ini bisa dibilang manual book nya atau ringkasan++ dari buku Fitrah Based Education.
Kenapa saya sebut ++, karena teh pepew membahasnya secara baik dan memahamkan.
Saya beli buku FBE udh lamaaaa. Tapi gak ngerti2 isi bukunya. Saya sampe curhat langsung sama Ust, Harry Santosa. Kata beliau buku itu (FBE) gak harus dibaca urut, bisa sesuai kebutuhan.
Udah gitu, ditambah ada pematangan materi 'enlightening parenting', tambah bikin saya jatuh cinta sama buku SIMI ini.

Beda FBE, Beda SIMI. SIMI teh harus urut, biar paham.
Baiklah, setelah satu minggu membaca sampai habis SIMI (Saatnya Ibu Menjadi Ibu), saya semakin lega atas keputusan saya untuk Resign dari karir, yang sudah saya bangun selama 5 tahun.

Kalau boleh cerita sedikit,
Karir saya sudah lumayan untuk kategori lulusan teknik industri.
Lokasi pekerjaan yang tidak jauh sampai sallary yang sudah cukup lumayan, pada awalnya saya kira bisa menyambi untuk berkarir dan menjadi ibu.
6 bulan saya coba, nyatanya saya tak mampu.
Saya menyerah.
Ditambah saat itu, Ayah dan Ibu sakit keras secara bersamaan. Mereka juga perlu perhatian dan perawatan.
Dan ternyata itu jadi pembahasan pertama di buku Saatnya Ibu Menjadi Ibu. Wanita Karir VS Ibu Rumah Tangga.

Saya suka cara teh pepew ngejelasinnya. Make sense banget. Tentang peranan dan tugas utama ibu. Tentu saya bukan tipikal yang mustitasking, bisa mengerjakan dua hal bersamaan itu.
Jadi wanita karir dan jadi ibu. Pusing Gaess. Itu Kalo saya ya, kalo teman-teman mampu silahkan. Asal jangan ada yang terzholimi.


Buku SIMI terdiri dari 5 Bab, yang isinya daging sekali.
Bahasanya ringan dan seperti bisa memvisualkan Teh pepew bener-bener ngomong didepan mata. Lugas, Tegas dan Solutif dari setiap masalah yang di angkat dari buku ini.
Udah ciri-ciri Teh Pepew Beudh...

Bab 1 : Strong From Home
Bab 2 : Fitrah Ibu (Bab Favorit)
Bab 3 : Home Based Education
Bab 4 : Fitrah Based Education
Bab 5 : Indikator Sukses Home Education Berbasis Fitrah

yang pada bab 5, akan ketahuan mana anak yang berhasil terdidik dari Fitrah Based Education tadi.
Berikut ringkasan dari bab 5 :
- Anak Tumbuh menjadi manusia yang Allah kehendaki
- Anak Mengenal Visi Sejati Hidup
- Anak Menemukan Misi Spesifik Dirinya
- Anak Mengambil Peran Di Masyarakat
- Anak Berkontribusi Membangun Peradaban

Kebayang gak kalo indikator di atas udah nempel di anak kita, ya Allah. Betapa bahagianya kan kita jadi orang tua. Nah Bab 5 ini gak bisa dibaca tanpa menyelesaikan bab 1-4, jadi wajib kudu beli dan khatamkan bukunya. ---> Denger-denger akan ada PO kedua, siap siap yak!

Saya jadi tau, ternyata marah itu sendiri ada macam-macamnya (Kurhun, Sukhtun, Ghodbun, La'natun).
Terus, dari buku ini saya sama suami makin mantep untuk gak nyekolahin anak kami, sampai usia 7 tahun. Kalo suami malah extreem, sampe 12 tahun. Langsung magang aja katanya. Karena baca bab nya, sejarah sekolah. Masya Allah. Saya pengen nangis bacanya. Contohnya tuh beneran real. Teh pepew nulis secara gamblang,

Ditambah ada kisah Nabi Muhammad, beserta keterangan usia-usia nabi dan kegiatannya waktu itu. Dan itu gak ada di sistem persekolahan sekarang. Mantul!
Yang lebih kongrit lagi adalah, buku ini sangat solutif. Memaparkan pentingnya peranan ayah untuk anak-anaknya (walaupun kebanyakn dibedah di buku SAM, Saatnya Ayah Mengasuh), tapi dijelasin juga solusi2 untuk anak yang udah ditinggal lama oleh sang ayah. Mau itu cerai atau meninggal dunia. Ternyata bisa kok dicarikan sosok lain. Bisa paman, kakek atau saudara laki2 dewasa yang bisa jadi tauladan.itu pun disempurnakan juga denga cerita sosok2 yang membersamai Nabi Muhammad dari kecil hingga dewasanya. Yaitu adanya sosok paman dan kakek nabi.

Terus ya, dari buku SIMI ini, intensitas saya nyusuin sambil ngegadget jadi berkurang (belum drastis sih, tapi saya usahakan betul untuk saya kurangi.

Saya suka paragraf ini.
" Ibu, akan banyak menghabiskan waktunya di rumah bersama dengan muridnya, yaitu anak. Sementara Ayah akan membuat kebijakan dan keputusan arah pendidikan rumah, sambil sesekali berkunjung keluar rumah untuk mendapatkan "bahan ajar dari alam" yang akan diterapkan oleh muridnya." (SIMI, Halaman 110)




Salam Takzim dari Kami
IQRA Family

Best Regards,
Ridha Bayyinah
Manager Of IQRA Family

Minggu, 02 Oktober 2016

Wahai Calon Imamku...Prajurit Cinta Dunia dan Akhiratku

Wahai calon imamku,
Detik ketika aku menulis, Aku yakin kau hadir di suatu belahan bumi ini.
Mungkin kita berpisah jarak dan waktu, namun namamu telah tertulis di Lauhul MahfudzNya.
Namamu tertulis, jauh sebelum Aku lahir ke dunia ini.

Ketika nanti Allah mempertemukan Kau dan Aku dalam ikatan suciNya,
Aku sangat yakin bahwa memanglah sudah saatnya.
Layaknya anak muda, ingin rasanya Aku memperkenalkan dirimu dengan teman-temanku.
Tapi Aku yang Aku ingin, memperkenalkanmu sebagai Imam dunia akhiratku, didepan mereka.
Karena bagiku, ikatan yang diakui oleh Allah adalah ikatan suci dalam sebuah pernikahan.
Untuk saat ini, Allah masih menyimpanmu disuatu tempat sana. Dan Aku percaya, Kau aman disana.

Namun, izinkan Aku menyampaikan sesuatu.
Aku tidak menuntutmu untuk menjadi seorang yang sempurna saat menjemputku.
Tapi, sepanjang perjalanan kita berdua merangkai histori di dunia,
Jadikanlah Aku penyempurna hidupmu, dan dirimu pun menjadi penyempurna hidupku.
Aku inginkan Kau yang selalu memberikan kasih sayang seutuhnya untukku dan keluargaku.
Sama halnya dengan diriku, yang akan memberikan rasa sayang yang tulus untukmu serta keluargamu.
Aku percaya,

Kau akan menjadi orang yang dengan sigap memberikan pundakmu, untukku saat Aku sedih
Kau akan menjadi pelipur lara, serta penguat dari segala ujian yang akan kita lalui nanti.
Kau akan menjadi pendamping ekstra sabar, yang pelan-pelan membenahi kelakuan istrimu yang mungkin kurang wajar atau bahkan mengecewakan.
Kau adalah pelengkap keluargaku, menantu yang dibanggakan oleh kedua orangtuaku.
Kau akan pula, mempercayai serta mengimani apa yang menjadi impianku untuk bisa kita raih bersama. Mencapai tujuan, serta lengkap untuk menghadapi hambatannya.
Kau akan jadi pemimpin yang selalu bisa mengarahkan dengan sabar kemana Istri dan Anak-Anakmu akan melangkah.
Kau adalah prajurit cintaku, yang telah memenangkan hatiku untuk bisa mencapai ridho serta hidup berkah sebagai pasangan sedunia dan sesurga.

Akupun sadar, pasangan itu haruslah melengkapi.
Jika Kau lakukan semua itu untukku, Insya Allah akupun akan melakukan hal yang sama untukmu.


Teruntuk Calon Imamku,
Prajurit Cintaku,

Selasa, 16 Agustus 2016

Warna Lain Di HUT RI 17 Agutus

Apa kabar para pejuang Allah, pemimpi gila dan pemuda/i terbaik pilihan.
MERDEKA!

Pagi ini, Aku kembali meneteskan air mata. Seperti flashback 71 tahun silam (meski pastinya belum lahir pada saat itu) kemerdekaan RI.
Apa yang diraih pada detik ini, adalah apa yang diimpikan para pejuang pada masa itu.
Meski kuantitas usia 71 tahun sudah diraihnya, namun betapa Indonesia masih harus banyak berbenah dibalik bilangan itu.

Masih banyak potensi anak bangsa yang belum digali. Masih banyak keistimewaan pemuda yang belum diperlihatkan sebagai jatidiri bangsa.

Maka di hari jadi Indonesia yang ke 71 tahun, marilah kita sumbangkan lebih banyak lagi ide, aksi dan pencapaian prestasi yang nyata. Untuk mengokohkan kembali bangsa yang mulai terpecah belah, membentuk pemuda/i untuk bersiap menjadi pemimpin bangsa di masa depan. Dengan menorehkan impian demi impian saat ini, dan diazzamkan agar segala impian bisa terwujud atas ridhoNya sebagai sumbangsih nyata diri ini untuk Indonesia.

Indonesia bisa kembali bangkit untuk menjadi negara yang benar-benar sejahtera,
Indonesia bisa kembali menjadi bangsa yang mengutamakan generasi muda sebagai penerus bangsa
Indonesia bisa kembali yang berTuhan dan berperikemanusiaan.
Indonesia bisa menjadi Negara Pemimpin di Dunia.
Mari bersama-sama, kita warnai HUT RI ini, minimal dengan sumbangsih Impian-Impian terbaik untuk tanah air tercinta, Republik Indonesia.


MERDEKA!!!

Kamis, 28 Juli 2016

MANAJEMEN EGO

Beberapa hari ini, aku sedang dihadapkan dengan berbagai masalah.
Masalahnya bukan langsung menjadi masalahku, namun masalah dari beberapa orang sahabatku dan  juga tim dalam organisasi yang sedang aku dan teman-teman jalani.

Bagiku, masalah mereka adalah masalahku.
Bagaikan satu tubuh, jika jari-jemari yang sakit teriris pisau. Maka kepala ikut sakit, badan ikut nyeri dan mulut ikut teriak.

Akupun punya kewajiban untuk memikirkan beberapa solusi tambahan, untuk mereka jalani.
Itu adalah bentuk kontribusi nyataku, bahwa sangatlah benar aku menyayangi mereka.

Mulai dari putus cinta, masalah keluarga, karir, studi dan banyak lagi. Tepat seminggu ini, setiap harinya aku berganti-ganti berinteraksi dengan mereka. Ada yang langsung ketemu, via telpon, WA, juga ada yang tatap-tatapan sambil nyiapin tisue sebelum cerita.

Ya, bagaikan satu tubuh.
Ketika masalah itu hadir, aku pun menghadirkan diriku dan juga hatiku untuk meresapi untaian cerita yang mereka sumbangkan kepadaku.
dan saatnya untuk me-manage ego.

Manajemen Ego adalah level berikutnya dalam kehidupanku yang harus aku kuasai.
Saat mengetahui beberapa masalah sahabat-sahabat terdekat, berbagai emosi, tingkah laku, mood dan kawan-kawannya kian hadir. Kalau aku masih mengutamakan Egoku, untuk apa aku lakukan semua ini. Tapi inilah seni berikutnya dalam menyambung hubungan kekerabatan yang InsyaAllah penuh ridho dari Allah.

Aku dengan konsep hidup Manejemen Ego itu berusaha semaksimal mungkin melihat masalah dari segala sisi. Semuanya!
Berarti tahap pertama Manajemen Ego adalah, masuk dan resap masalahnya
Gak jarang saat dilontarkan masalah demi masalah dari para sahabat kepadaku, disitu aku harus berpikir keras bagaimana solusiku bisa bermanfaat.
Gak jarang pula, aku menjadikan diriku menjadi sang pemilik masalah.
Itu tersulit.
Karena ketika aku hadir dengan merasakan sebagai pemilik masalah, aku benar-benar buta akan masukan atau saran-saran yangs sebenarnya menjadi saran pembangun.
Aku ikut terlarut dalam masalah yang sebenarnya bukan masalahku. Bagi orang yang sedang memiliki masalah, awut-awutan di otak dan hatinya, juga kayanya hidup hambar, rasanya pengen mati aja. Itu tetiba hadir tanpa pembatas nyata.
Masukan orang lain adalah hinaan, masukan orang lain adalah racun, masukan orang lain akan jadi nihil jika dilakuin. Pokonya kalo lagi ada masalah, kita serasa menjadi orang yang pealing susah se dunia. Yang lain gak ada yang paham. Cuma kita yang sedih, cuma kita yang bisa rasain, semuanya gak akan ngerti perasaan dan kondisi yang kita hadapin. Ah pokonya yang ngasih solusi adalah orang tersotoy sedunia.
hahahaha. begitu bukan?

Semoga bukan.


Ketika sudah terlarut dalam masalah, tahap selanjutnya adalah kembali ke titik jernih. Ini sulit! Asli.

Karena apa, karena kita harus segera ada diposisi pemikiran dan perasaan yang objektif. Setelah pertama tadi kita sudah tau masalahnya, ditahap selanjutnya kita harus memaksakan diri ini untuk keluar dari masalah itu. Sakit, perih, semua rasa ada. Tapi kita harus memaksakan untuk kembali ke titik jernih.
Kalo tadi kita anggap masukan orang itu adalah suatu ke-sotoy-an. Ditahap ini, kita harus lebih waras satu tingkat, bahwa orang lain itu memberi masukan dari  helikopter dengan ketinggian berbeda, jadi sebenernya mereka melihat dari sudut padang yang lebih luas untuk kebaikan kita.
Kita harus akui, kesalahan kita ini. Harus mengakui ada sebab ada akibat. Kalaupun masalah ini benar sebagai ujian, pasti pilihannya mau dilalui atau stuck diposisi itu aja.
Kita maunya naik kelas dong. Masa masih SD aja, kapan SMP nya.
Disini, kita harus objektif dalam mem-breakdown kesalahan atau penyebab masalah ini sampai kejadian. Ciptakan kondisi jernih itu.

Tahap terakhir. Level memaafkan.
If you are involved in something that goes wrong, NEVER BLAME OTHERS. Blame no one, just your self. Remember this!.

Jangan pernah menyalahkan orang lain. Masalah hadir selain memang ada penyebabnya, mereka juga hadir karena memang sudah saatnya mereka hadir. 
Banyak alasan kenapa masalah itu hadir. Bisa jadi karena kelalaian, bisa jadi juga karena sudah harus naik kelas. 
So, apapun masalahnya, sudah sepantasnya kita hadapi itu tanpa harus menyalah-nyalahkan orang lain.

Sering sekali aku mengibaratkan orang yang punya masalah itu sesungguhnya insan mulia yang dirindukan Allah. Allah gak mau jauh-jauh, jadi dikasih masalah. 

Orang-orang hebat diluar sana (Insyaallah kita juga) punya porsi masalah lebih berat dibanding orang-orang pada umumnya. Kenapa gitu, karena biar hebatnya bener-bener keluar. Insyaallah setelah fase beratnya dilalui, di sahkan deh sama Allah kalo beneran kita emang orang hebat yang diRidhoiNya.

Untuk jadi hebat, sangat penting untuk bisa me-manage ego. Karena solusi tiap masalah itu sebenernya bukan diluar, tapi disini didalam hati kita. Sejauh mana kita bisa manage ego kita, sejauh itu pula solusi demi solusi bermunculan.

Sekian, cuap-cuap basah di sore hari ini.
Semoga bermanfaat :D

Senin, 11 April 2016

My (Process) Wedding Imagination

Hai pembaca setia.
dengan tulisan baruku, semoga ini bisa menjadi doaku dan doa kita bersama ya.
Semoga Allah memudahkan Aku, calon suamiku, dan siapapun untuk menikah.
Kalaupun tidak mudah melalui setiap jalannya, semoga Allah jadikan setiap langkahnya itu sudah ada solusinya. Aaaamiin


Aku senang sekali berimajinasi.
Alhamdulillahnya imajinasiku, hampir sebagian besar Allah jadikan nyata karena izinNya.
Dan kini, Aku sedang mengimajinasikan kamuu dan proses pernikahan kita nanti.
ihiiiiy, prikitiiiiw.

Setelah aku mengirimkan surat cinta untukmu kekasih hati, semoga kamu sudah baca ya.
aaamiin.
Nah selanjutnya, Aku sudah siap untuk menanti  dan menjemputmu hadir di dalam kehidupanku.

Yang aku yakin, alhamdulillah Bapakku getting better untuk kesehatannya. Itu yang membuat aku lega. Bapak sudah mulai bisa nyenyak tidur, seperti impian-impian berikutnya.
Nah, Aku semakin yakin Bapak udah siap untuk menyambut kamu hadir di kediamannya. Untuk meminta restu dan ridho, menikahi anak bungsunya.

Duhh, aku deg-deg an deh nulis ini.
Tapi, saat ini dibilang udah fix ada calon nya, aku bisa bilang iya, bisa bilang juga belum. Dua-duanya aku punya jawaban sih.

Aku bisa bilang Iya,kamu ada.
Yaiyalah, kamu kan udah tertulis di lauhul mahfudz nya Allah. Jadi aku yakin kamu sudah ada, bahkan kamu sekarang ni sudah hadir di lingkaran kehidupanku.
yang kedua, aku memang lagi dekat dengan beberapa pria, dan juga sedang menyukai seorang pria. Aku yakin salah satunya itu kamu.
dan semua pria yang belum menikah kan berpotensi untuk jadi suami aku kan. tinggal aku bilang saja orang-orang yang aku suka yang mana, ya dia calonku. hehehe

lah kamu kaya orang gak waras deh,
lah emang iya. Aku kan pemimpi gila.

lagian begini, yang sudah pacaran 10 tahun, siapa yang menjamin mereka akan berjodoh dan mengakiri hubungan mereka dengan menikah? gak ada yang bisa jamin kan?
kalau gitu ya sama aja.

yang penting YAKIN!


Aku bisa bilang belum juga, ya bisa. Kan belum nyata dia beneran Ijab Qobul, jabat tangan Bapaku. Sudahlah, tenang....


Dan begini rencanaku,
Insya Allah aku siap menikah, dengan siapapun yang memang Allah takdirkan untukku,
Segalanya akan jadi baik, jika datang dan tujuannya untuk Allah.

Aku sedang memvisualisasikan sebuah bilang bulan, proses pernikahanku.

6 Bulan,
Ya 6 Bulan

sesuai dengan masa pengobatan Bapak selama 6 bulan
sesuai dengan masa kuliah tambahanku juga selama 6 bulan
daaaaaan, tabungan yang aku hitung-hitung secara manusia juga akan sampai pada bilangan (tabungan) yang cukup diwaktu 6 bulan ke depan. Ya dong, aku udah siapin tabungan buat pernikah an kita, masa gak modal. hehe


Duhhh! deg-deg an lagi.

Berikut ini adalah masa 6 bulan yang akan kita habiskan, aku dan kamu (calon) pangeranku.

April 2016 : Allah mempertemukan kita (lagi)
Mei 2016 : Masing-masing dari kita setuju untuk proses ta'aruf
Juni 2016 : Launching bukuku, kamu dan aku semakin mantap. Menyambut bulan suci juga dan berdoa dengan harapan terbaik, bahwa Ramadhan ini akan ada setahap lebih serius lagi. Dan di bulan suci ini, Juni 2016, Kamu Khitbah aku >,<
Juli-Agustus-September : Persiapan Walimahan,
Oktober  2016 : NIKAH!


Dan segala sesuatu kami jadikan berpasang-pasangan, supaya kamu mengingat kebesaran Allah.” (QS. Adz Dzariyaat (51) : 49).



Denganmu nantinya, Aku ingin juga tambah dekat denganNya.
yuk kita pantaskan, :)

Rabu, 30 Maret 2016

Bapak, sebentar lagi kita kedatangan tamu

Bapak, yang sehat ya. Sebentar lagi kita kedatangan tamu.

Ini doaku, setiap saat Bapak, ingin selalu membuat Bapak bahagia.
Kita, nggak pernah satu pemikiran, nggak pernah satu jalan.
Bapak orangnya disiplin, dan aku kebanyakan santai,
Aku suka bermimpi, Bapak enggak.
Tapi, kita sama dalam satu hal, sama-sama ingin saling membahagiakan.

Bapak, usiamu bikin Aku selalu dag-dig-dug.
Sungguh, Aku takut kehilanganmu.
Aku takut, kandas waktuku untuk membahagiakanmu.
Dibalik wajahku yang selalu meledekmu dengan nada candaan, ada air mata Pak, ada air mata yang bercampur doa, harapan, kesedihan, kebahagiaan, rasa syukur karena memilikimu dan takut sekali berpisah.

Bapak, Aku ingin buat Bapak bahagia.
Untuk itu, kita harus siap-siap, karena sebentar lagi ada tamu.
Ia adalah calon menantu Bapak yang terakhir.

Entah Ia masih ada dimana, siapa namanya, berapa umurnya, anak keberapa.
Tapi, dada ini selalu sesak Pak, Aku ingin menyempurnakan kebahagiaanmu Pak.
Insya Allah Ia akan datang, iya beneran Pak, serius.
Insya Allah...

Doakan ya Pak, doakan anak bontot cengeng nyebelinmu ini.

Ia akan menjabat tanganmu Pak,
Mengucap ijab qobul dengan tegas, menyatakan keseriusannya atas pemindahan tanggung jawab  darimu untuk hidupku dan hidup kami kedepannya.

Pak, jangan bersedih,
Bapak selalu di hati aku. Aku nggak pernah sekalipun bisa berpisah dari Bapak,
Tapi Bapak harus semangat lagi, ya. harus semangat.

Insya Allah, Ia sudah Allah persiapkan untuk jadi bagian dari keluarga kita Pak.
Anak mantu Bapak yang terakhir,
yang sangat mencintaiku, keluarganya dan keluarga kita.
Pastinya, juga mencintai pencipta kita yang Maha Sempurna.


Bapak yang sehat ya, kan sebentar lagi kita akan kedatangan tamu :")