Rabu, 16 Maret 2016

Surat Cinta Untuk (Calon) Suamiku




Di usia yang kata orang usia usia mengkhawatirkan, 24 tahun. Ya 24 tahun, Kalau mau pilih khawatir, bisa saja Aku khawatir. Tapi, kalau itu yang Aku pilih, seperti hamba yang durhaka rasanya. Di tengah impian demi impian dijawabNya, aku bisa jadi layaknya hamba yang kurang syukurnya. 
Aku harus kembali siap menutup telinga sambil menyunggingkan senyuman, lantaran kanan-kiri mulai rese memprolamirkan pertanyaan-pertanyaan 'Indah' bagi siapa saja yang mendengarnya.

"Kapan nikah?"
"Pasangangannya Mana?"
"Dia udah punya 2 anak, masa kamu calon aja belum ada"

dan apalah apalah

Terganggu sih enggak, cuma annoying aja. hehe

Jujur binti jujur, Aku sangat berkeinginan menikah muda. Bahkan keinginan itu sudah ada sejak Aku genap 22 tahun. Namun, Allah kan produsernya, kalau kata Dia aku belum pantas, ya belum pantas. Mungkin masih banyak yang aku harus ukir dan raih, sambil Allah terus menilai, sudah layak kah aku menjadi seorang Istri dan Ibu nantinya.

Aku bukan saja menunggu dirimu, wahai pangeran ganteng di ujung sana. 
Tapi aku berikhtiar juga untuk pantas menjadi pasangan dari laki-laki tampan bertanggung jawab seperti dirimu. 

Aku juga sedang mempersiapkan untuk menjadi menantu idaman Ayah dan Ibu mertuaku nanti. Iya, Ayah dan Ibumu, Aku juga sedang mempersiapkan obrolan hangat apa yang bisa dilakukan antara aku dengan kakak/adik iparku (kalau ada) nantinya. 

Aku sedang kembali mengulang hafalan-hafalan surat pendek di juz 30 untuk nantinya sering kita ulang-ulang bersama, iya persiapan kamu jadi imamku nanti. Tiap sholat! tapi ada waktu waktu tertentu lain yang kamu harus ke masjid ya.

Aku sedang berimajinasi, kamu selalu suka dengan setiap masakanku. Aku ingin membekalimu masakanku di setiap aktivitasmu ya, kalau boleh. 

Bahkan Aku juga sudah mempersiapkan beberapa nama untuk anak-anak lucu sholeh sholehah kita nanti.

Kamu itu sangat spesial, Aku yakin itu. Mangkanya proses nya butuh kesabaran.

Siapa bilang Aku berdiam diri, walaupun tidak menyebut nama (kan karena gak tau namanya) aku selalu mendoakanmu dalam tiap sholatku.

Saat ini, Aku sangat yakin Allah meminta kita untuk sedikiiiiiit lebih sabar. 
Karena kamu sedang dipersiapkan Allah untukku, begitupun juga Aku.
Aku ingin kamu bangga, ketika nantinya Aku adalah seorang istri yang banyak prestasi namun tidak lupa jati diri. Aku ingat kodratku, sebagai seorang istri.

Iya Aku paham, setiap pria merindukan wanita yang terus ada dirumah dikala dibutuhkan, dikala suaminya rindu. 
Jadi untuk itu Aku sedang mengumpulkan prestasi sana-sini sebagai bekal untuk aku berprestasi padamu atas nama seorang istri. Sangat bukan untuk menyaingimu, tapi dibalik Pria hebat sepertimu, aku ingin juga menjadi wanita hebat yang selalu setia berada di belakangmu (calon) suamiku.

kaya Kang Emil dan Cintanya...

Sungguh, Aku nggak cengeng saat menantimu seperti yang dulu-dulu. 
Sebaliknya, Aku begitu bersemangat untuk merancang rumah tangga kita ke depan. Susah senang, bersama. 


Hai kamu yang disana,
sempat Aku sangat dag dig dug akan kedatanganmu, namun yang Aku tahu Allah dengan segudang cinta langit dan bumiNya, akan mempertemukan kita di waktu yang paling tepat.
sing sabar pangeranku :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar