Jumat, 15 Maret 2019

Review Buku Saatnya Ayah Mengasuh


Bismillahirrohmanirrohim,

Jika sebelumnya review buku Saatnya Ibu Menjadi Ibu (SIMI) yang Saya tulis. Maka izinkan saya kali ini juga mereview buku Saatnya Ayah Mengasuh.

Namun, Saya terlebih dulu mau mengucapkan banyak terima kasih kepada pasangan suami isteri fenomenal yaitu the Febrianti Almeera dan Kang Ulum A. Saif yang sudah meluangkan waktu untuk banyak sekali mempelajari ilmu-ilmu parenting, ilmu sebenar-benarnya menjadi orang tua, bukan sekedar memiliki anak, tapi bagaimana caranya menjadi orang tua yang amanah dan bisa bertanggung jawab atas makhluk mungil yang dititipkan kepada seorang Ayah dan Ibu dalam suatu rumah tangga. 

Saya pun menghaturkan maaf, karena telat mengirimkan review ini. Karena bukunya sering dibawa keluar sama suami. Satu-satunya buku, yang sering dimasukkan ke dalam tas nya, kalau-kalau di jalan atau di tempat ngajar ada waktu luang, pastilah Ia menyempatkan untuk membaca buku ini. Suami baru meningkatkan kebiasaan membaca buku setelah menikah. Tambah semangat setelah memiliki anak. Beberapa buku pernah dia baca, namun yang menyentuh hatinya adalah 'Saatnya Ayah Mengasuh'.

Satu-satunya buku, yang membuatnya bersemangat membagikan cerita dan ilmu sepulang Ia mengajar, dari buku ini perlahan-lahan Ia tau perannya sebagai seorang ayah dan suami. Dari buku ini, menambah-nambah semangatnya Ia untuk ikut seminar, evaluasi harian di rumah, main sama anak, berucap sayang pada isteri dan anak setiap hari.

Anak kami perempuan. Namanya Sarah Rania Lazuardi Ahmad, mengenai pujian. Kang ulum menuliskan di halaman 32, bahwa semua anak butuh pujian, termasuk anak perempuan. Jika Ia tidak mendapat pujian maka Ia akan tumbuh menjadi anak yang labil dan mencari pujian dan penghargaan dari laki-laki lain. Nampaknya suamiku tidak ingin itu terjadi pada anak kami. Mangkanya Ia jadi lebih membiasakan diri untuk memuji putrinya.

Masya Allah, betapa mengalirnya ini jika menjadi pahala, maka Saya berdoa agara pahalanya pun mengalir deras kepada sang penulis.

Review kali ini, saya banyak melihat dari sisi perubahan suami dalam aktivitas sehari-harinya. Ia pun mengakui bahwa belum sepenuhnya membaca sampai habis, tapi ibroh dari buku ini betul-betul Ia rasakan.

Akhirnya saya izin untuk ikut membacanya.

Judul pertama dalam Bab yang ditulis adalah tentang Fatherless Country. Anak menjadi Yatim sebelum waktunya. Anak menjadi Yatim saat Ayah dan Ibunya masih ada. Akhirnya mereka mencari sosok ‘sumber kasih’ sayang selain orang tuanya. Celakanya, yang mereka datangi pun orang yang salah. Akhirnya bersamalah mereka melakukan hal-hal yang melenceng dari Fitrah. Nauzubillah.
Bagaimana akhirnya, berbagai kasus terjadi ditengah generasi kita pada saat ini.
Yang ditandai betul adalah pada halaman 78 buku ini. Yang juga ditulis oleh The Febrianti Almeera di buku SIMI nya.

Bahwa Fakta-Fakta menyedihkan ini terjadi ditengah-tengah keluarga Indonesia.
-          4 dari 10 pelajar dan mahasiswa Indonesia telah mengonsumsi narkoba
-          95 dari 100 anak kelas 4,5,6 SD telah mengakses pornografi
-          93 dari 100 remaja pernah berciuman bibir
-          600.000 kasus anak Indonesia hamil diluar nikah usia 10-11 tahun
-          2,2 juta kasus remaja Indonesia 15-19 tahun hamil diluar nikah
-          5 dari 100 remaja tertular penyakit menular seksual
-          3061 remaja terinfeksi HIV setiap 3 bulan
-          Kasus Incest (Hubungan Sedarah) terjadi di 25 Provinsi
-          Indonesia adalah Negara dengan tingkat perceraian No. 1 se Asia Pasifik dan Negara-negara muslim dunia

Fakta-fakta di atas diambil langsung dari sumber BNN dan PUSLITKES UI, KPAI, Kemenkes YKBH

Sebagai orang tua muda dan baru, saya dan suami begitu ketar-ketir melihat fakta-fakta di atas. Masalah betul-betul didepan mata. Kami kebingungan, karena juga kami sudah kekurangan role model. Ayah-Ibu saya sudah meninggal dan Suami hanya tinggal memiliki Ibu. Jadi kami pun harus mengingat-ngingat betul bagaimana kami dididik dulu.

Saya betul-betul bersyukur atas nikmat Allah, karena buku fenomenal SAM dan SIMI ini seperti manual booknya berumah tangga dan menjadi orang tua. Entah mengapa yang membuat saya lega, saya juga sudah membaca Enlightening Parenting dan dalam proses membaca Fitrah Based Education (Karena bukunya tebal, jadi belum juga selesai) dan di buku ini seperti merecall dan membuat benang merah antara ilmu-ilmu di dalam buku tadi.

Dibuku Saatnya Ayah Mengasuh, bukan hanya memaparkan masalah yang ada, namun juga memberikan solusi.

Bagi saya di Bab : Misi Keluarga adalah pencerahan dalam diri saya dan suami, kami sudah memiliki Visi Keluarga, yaitu IQRA Family (Intensive Qur’an Relating To Allah) Ilmu ini kami ambil dari buku Bunda Sayang-Bunda Cekatan Ibu Septi Peni, berjumpa kembali dalam buku Fitrah Based Education dan Saatnya Ayah Mengasuh. Kami seperti ada di circle keluarga Teh Febrianti Almeera dan Kang Ulum. Ada kelegaan dalam diri kami, seperti ‘punya teman’. Karena dilingkungan keluarga, tidak terbiasa memiliki misi keluarga. Jadi kami terlihat ‘aneh’. Namun buku ini menambah semangat kami untuk menjadikan keluarga kami ‘aneh’ dalam kebaikan.

Gaya bahasa Kang Ulum dalam penulisan buku ini, tergambar sebagai pemimpin keluarga yang sangat tegas. Pasutri ini, layaknya sebenar-benarnya guru, karena bukan hanya bisa menyampaikan namun dalam keseharian apa yang mereka tulis juga sudah mereka lakukan.
Dalam buku ini ada bab-bab yang isinya penuh dengan makna,
Bab 1 : Mengapa ini penting untuk para ayah
Bab 2 : Apa yang semestinya para ayah lakukan
Bab 3 : Belajar jadi Ayah
Bab 4 : Kisah nyata lika-liku para ayah mengasuh anak

Sampai kepada komunitas yang mereka buat : Gerakan Ayah Mengasuh

Masya Allah, masih banyak yang ingin saya tulis. Tapi saya sarankan langsung beli aja bukunya. Karena bisa jadi review ini sangat jauh dari isi yang sebenar-benarnya. Isi bukunya lebih daging. Selamat Mengsuh untuk para ayah. Selamat mendapatkan sisi teristimewa dari Allah SWT, karena sudah amanah mencetak putra putri pembangun peradaban luar biasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar